SELAYANG PANDANG KETUPAT
Ketupat sendiri menurut para ahli memiliki beberapa arti, diantaranya adalah (1)mencerminkan berbagai macam kesalahan manusia, dilihat dari rumitnya anyaman bungkus ketupat. Yang ke (2), mencerminkan kebersihan dan kesucian hati setelah mohon ampun dari segala kesalahan, dilihat dari warna putih ketupat jika dibelah dua. Yang ke(3) mencerminkan kesempurnaan, jika dilihat dari bentuk ketupat. Semua itu dihubungkan dengan kemenangan umat Muslim setelah sebulan lamanya berpuasa dan akhirnya menginjak hari yang fitri.
Namun sejatinya,
ketupat atau kupat adalah hidangan khas Asia Tenggara
maritim berbahan dasar beras yang dibungkus dengan pembungkus terbuat
dari anyaman daun kelapa yang masih muda. Selain di Indonesia,
ketupat juga dijumpai di Malaysia, Brunei, Singapura dan di Filipina.
Berikut berbagai macam sebutannya dari berbagai macam suku:
- bahasa Mandar: Atupe’
- bahasa Bali: tipat
- bahasa Banjar: katupat
- bahasa Betawi: tupat
- bahasa Cebu: puso
- bahasa Filipino: bugnoy
- bahasa Jawa: kupat
- bahasa Kapampangan: patupat
- bahasa Makassar: katupa’
- bahasa Melayu/Indonesia: ketupat
- bahasa Sunda: kupat
- bahasa Tausug: ta’mu
- bahasa Tolitoli: kasipat
- bahasa Minangkabau: katupek
- bahasa sasak: topat
- bahasa madura: ketopak
- bahasa Gorontalo: atupato
- bahasa Angkola : Katupat
Macam ketupat juga beraneka ragam bentuknya,
mulai dari yang imut, lucu hingga yang sophisticated dan rumit, namun ada dua
bentuk utama ketupat yaitu kepal bersudut 7 lebih umum dan jajaran
genjang bersudut 6 yang masing-masing bentuk memiliki alur anyaman yang
berbeda.
Untuk membuat ketupat, kita perlu daun kelapa
yang masih muda, bungkus ketupat yang dianyam menjadi sebuah wadah. Setelah
itu, isi ketupat dengan beras yang sudah dicuci bersih dengan ukuran dua
pertiga bagian dari volume bungkus ketupat. Setelah itu, masak selama 3
jam atau lebih sampai benar-benar masak. Cara memasakpun menurut selera, desa
mawa cara, lain tempat lain pula cara memasak dan penyajiannya, ada yang
sebelum di gunakan, daunnya di rendam semalaman terlebih dahulu supaya jika di
rebus nanti warnanya tidak keruh atau mangkak, dsb. Ketupat yang sudah masak
ditiriskan, lalu diangin-anginkan, Ketupat yang betul-betul sudah masak
biasanya tahan sampai 2 hari. Setelah itu, bisa dikukus lagi agar tidak basi.
Dan ketupatpun sudah siap untuk kita kreasikan
menjadi berbagai macam hidangan lezat beserta pelengkapnya, seperti sayur labu
siam, sambal goreng kentang, sate telur puyuh, opor ayam, rendang daging,
taburan koya kerupuk, dsb. Semuanya tergantung selera masing-masing serta
mencerminkan ciri khas dari mana tempat asal daerahnya berada.
Menelusuri jejak ketupat memang unik dan menyenangkan,
belum tahu persis siapa pencipta awal mula ketupat ini, jika melihat fakta
kebudayaan Jawa sebagai pusat episentrum budaya, maka tak salah jika ia berasal
dari tanah air, hasil kreasi asli anak bangsa, sehingga ia bisa menyebar
menjadi hidangan khas asia tenggara.
Jika kita runut menurut tradisi dan budaya di
tanah air, Ketupat paling banyak ditemui pada saat perayaan Hari Raya. lalu
apakah ketupat hanya identik dengan hari raya terutama Lebaran saja?…
Kalau kita googling hampir 99% menyatakan demikian,
tidak ada satupun yang mengupas ‘peradaban’ ketupat ini secara netral dan
seimbang. Ada satu hal yang menurut saya masih kurang tepat atau mungkin kurang
komplit infonya, bahwa di katakan ada sejak di perkenalkan oleh Sunan Kalijaga
untuk mensyiarkan agama islam itu memang benar, karena beliau memadukan antara
budaya setempat dengan agama islam. namun masyarakat Jawa sebelum kedatangan
islam, jauh sebelumnya nusantara sudah akrab dengan hidangan yang bernama
ketupat atau tipat atau apapun nama sebutannya, bahkan bukan tidak mungkin
ketupat sudah ada sebelum asimilasi agama Hindu.
Kita masih bisa melacak jejak ketupat di Bali,
yang mewarisi peninggalan budaya Majapahit dan saat ini masih tetap teguh
menjaga aset leluhur nusantara, dimana tipat ini banyak di jumpai sehari-hari,
baik untuk menu hidangan, jajanan khas pedagang warung kaki lima seperti
rujak tipat catok, tipat sayur, tipat tahu, bakso dan soto tipat.
Di pulau Bali, tipat juga sering
dipersembahkan sebagai sesajian uborampe upacara, mereka menggabungkan antara
agama Hindu dan budaya Jawa, daun kulit kelapa yang masih muda di bentuk
beraneka ragam yang melambangkan simbol ritual acara persembahyangan yang
memiliki makna filosofis yang mendalam untuk jagad mikrokosmik dan makrokosmik.
Di Jawa, tradisi ketupat (kupat) lebaran menurut
cerita adalah simbolisasi ungkapan dari bahasa Jawa ku = ngaku (mengakui)
dan pat =lepat (kesalahan) yang digunakan
oleh Sunan Kalijaga dalam mensyiarkan ajaran Islam di Pulau Jawa.
Asilmilasi budaya dan keyakinan ini akhirnya mampu menggeser kesakralan ketupat
menjadi tradisi Islami ketika ketupat menjadi makanan yang selalu ada di saat
umat Islam merayakan lebaran sebagai momen yang tepat untuk saling meminta maaf
dan mengakui kesalahan.
Praktis ketupat di pulau jawa atau pulau lainnya
yang mayoritas beragama islam hanya menikmati ketupat pada hari raya saja. Ada
masyarakat yang memegang tradisi untuk tidak membuat ketupat di hari
biasa, sehingga ketupat hanya disajikan sewaktu lebaran dan hingga lima hari
(Jawa, sepasar) sesudahnya. Bahkan ada beberapa daerah yang hanya
menyajikan ketupat di hari ketujuh sesudah lebaran saja atau biasa disebut
dengan Hari Raya Ketupat.
Di antara beberapa kalangan di Jawa, ketupat
sering digantung di atas pintu masuk rumah sebagai semacam jimat, biasanya
sampai bertahun-tahun lamanya setia menggantung di situ, sampai mengering dan
menjadi coklat warna ketupatnya.
Lain di Jawa lain pula di Bali, ketupat mudah di
jumpai sehari-harinya, selain untuk hidangan tradisonal juga untuk upakara/
upacara banten atau sesajian. Ketupat adalah simbol kemakmuran dan kelimpahan
rejeki yang harus kita syukuri tiap harinya. dan jika hari raya, setelah
bersembahyang di Pura, mereka akan saling mengunjungi dan saling ‘menonjok’
berkirim makanan ke tetangga dan sanak saudara.
Ada plus minusnya, plusnya jika hanya di
sajikan setahun sekali terasa begitu istimewah, minusnya karena di sajikan tiap
hari terasa biasa saja
Kalau direka-reka, bentuk ketupat itu serupa
dengan bentuk hati. Konon, rumitnya anyaman yang membungkus ketupat merupakan
simbol berbagai kompleksitas manusia yang membungkus hati kita…
Kita seharusnya tidak mengeklaim peradaban budaya
secara sepihak, tidak benar kalau hidangan menu ketupat ini hanya populer
sejak tahun 1400, informasi itu sama sekali tidak mendidik
generasi, karena jauh sebelumnya masyarakat nusantara sudahlah akrab
dengan hidangan yang terbuat dari anyaman daun kelapa bersegi empat.
Ketupat telah menjadi bagian budaya lintas ras,
suku dan agama. Ia hadir untuk mengingatkan betapa mulia dan bijaksana leluhur
bangsa ini. Semoga lewat panggraita ini sejarah, filosofi dan tradisi ketupat
mampu menjembatani keaneragaman budaya serta mempersatukan kultur yang berbeda
0 komentar:
Posting Komentar